www.mediapos.id – Oleh: Pribakti B
Ketika membahas tentang pilihan untuk berobat ke luar negeri, sering kali orang berpikir bahwa itu hanya dilakukan oleh mereka yang memiliki banyak uang atau berorientasi pada gaya hidup. Namun, pengalaman seorang teman saya mengubah sudut pandang tersebut. Dia memang dari kalangan yang mampu, tetapi sikapnya jauh dari kesan berlebihan. Di balik statusnya, terdapat sebuah kisah tentang perjuangan melawan penyakit yang tak kalah menyedihkan.
Teman saya didiagnosis dengan kanker, sebuah kondisi serius yang membuatnya ingin berjuang demi kesembuhan. Ketika mencoba mendapatkan pengobatan terbaik di kotanya, ia menemui seorang dokter yang dikenal ahli dalam bidangnya. Sayangnya, keahlian dokter tersebut tak diimbangi dengan empati. Dengan sikap merendahkan, dokter itu hanya melihat sekilas hasil laboratoriumnya dan merasa sudah cukup paham mengenai penyakit teman saya tanpa memberikan perhatian lebih. Hal ini tentu saja membuat teman saya merasa tidak dihargai.
Kesehatan Mental sebagai Faktor Penyembuhan
Situasi ini menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis pasien sama pentingnya dengan pengobatan fisik. Teman saya, yang awalnya berharap mendapatkan penanganan yang tepat, malah berujung dengan luka emosional karena perlakuan dokter yang kurang peka. Pengalaman pahit ini menggugahnya untuk mencari alternatif lain, dan ia mendengar tentang pasar medis di luar negeri, khususnya di Singapura, yang terkenal akan pelayanan medisnya yang manusiawi.
Berangkat menuju rumah sakit di Singapura, ia merasakan perbedaan yang signifikan dari pelayanan yang diterima. Ketika dokter di sana tidak hanya fokus pada hasil laboratorium, tetapi juga meluangkan waktu untuk mendengarkan dan memahami kekhawatiran pasiennya. Menurutnya, keramahan para staf medis serta lingkungan yang mendukung sangat membantu proses penyembuhan. Hal ini mempertegas bahwa perhatian emosional tak kalah pentingnya dibandingkan dengan terapi medis itu sendiri.
Pelajaran dari Pengalaman Berobat di Luar Negeri
Pelajaran yang bisa diambil dari pengalaman ini adalah pentingnya komunikasi antara dokter dan pasien. Dalam konteks ini, dokter seharusnya tidak hanya bertindak sebagai pengobatan, tetapi juga sebagai pendengar yang baik. Kesediaan mendengarkan keluhan dan memberikan penjelasan yang jelas bisa membangun kepercayaan antara pasien dan dokter. Ini tentunya akan berdampak positif pada proses penyembuhan secara keseluruhan.
Pengalaman teman saya juga menyoroti kekurangan yang ada dalam sistem pelayanan kesehatan di dalam negeri. Masih banyak pihak yang lebih mementingkan keuntungan finansial daripada kepuasan dan kesehatan pasien. Akibatnya, banyak orang yang merasa terpaksa untuk mencari pengobatan di luar negeri, yang pada akhirnya bisa berkontribusi pada pengeluaran devisa negara.
Berobat ke luar negeri tidak hanya terkait dengan kerentanan ekonomi. Ada banyak orang yang berjuang demi mendapatkan rasa hormat dan perhatian yang seharusnya mereka dapatkan dari pelayan kesehatan mereka. Jika para profesional medis kita mau lebih peka dan komunikatif, mungkin banyak pasien yang akan merasa lebih puas dengan layanan kesehatan di negeri sendiri.
Dengan demikian, jika kita ingin meningkatkan kualitas kesehatan di tanah air, maka diperlukan perbaikan dalam pendekatan pelayanan, dari cara berkomunikasi hingga cara memperlakukan pasien. Semua itu tidak saja akan meningkatkan kesembuhan pasien, tetapi juga menciptakan kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan yang ada. Oleh sebab itu, menjadi kewajiban kita semua untuk mendorong perubahan positif demi tercapainya harapan akan kesehatan yang lebih baik.