www.mediapos.id – Fajri Febrio Kader PMII Sumatera Barat
Sumatera Barat – PMII lahir dari semangat yang kuat untuk menciptakan kader yang intelektual dan berani berjuang demi pembebasan umat. Namun, dalam perjalanan organisasi ini, ada fenomena di mana beberapa kader perempuan tampak lebih terfokus pada pencarian jabatan semata, alih-alih berorientasi pada visi perubahan yang lebih besar.
Menjadi pemimpin di PMII seharusnya tidak hanya diukur dari pengakuan atau popularitas. Kepemimpinan satu hal yang mulia, harus dijalankan penuh rasa tanggung jawab dan amanah dalam berideologi. Ketika ambisi pribadi mengalahkan nilai ideologis, akan timbul degradasi yang berbahaya dalam misi organisasi ini.
Peranan kader perempuan seharusnya menghadirkan perubahan yang berarti; mereka wajib berjuang untuk keadilan dan memberdayakan sesama. Namun, jika mereka terjebak dalam rutinitas kompetisi yang sia-sia, maka nilai-nilai perjuangan para pendiri PMII seperti Hasyim Asy’ari hanya akan menjadi istilah kosong yang tidak memiliki makna.
Perempuan dalam PMII perlu memiliki sikap kritis tak hanya terhadap ketidakadilan eksternal, tetapi juga terhadap perilaku hipokrit di dalam organisasi. Jabatan mestinya tidak menjadi panggung untuk menunjukkan eksistensi, melainkan ladang untuk berbakti.
Rasyid
Pentingnya Kualitas Kader Perempuan dalam PMII
Kader perempuan PMII memiliki peran penting dalam misi perubahan sosial dan intelektual. Mereka merupakan penggerak yang dapat menginspirasi, memberikan semangat, serta memberdayakan lingkungan di sekitar mereka dengan gagasan yang konstruktif.
Kualitas yang dimiliki kader perempuan harus dijaga dan ditingkatkan, sebab mereka adalah pilar yang mendukung keberlanjutan organisasi. Keberadaan kader perempuan yang berkomitmen untuk membawa perubahan dapat menciptakan dampak positif bagi masyarakat luas.
Jika kader perempuan terfokus pada pencapaian jabatan tanpa memahami tanggung jawabnya, maka tujuan utama PMII akan terganggu. Keterlibatan aktif dalam diskusi dan kegiatan organisasi dapat memolykan daya pikir mereka serta menjadi alat untuk mendukung visi besar organisasi.
Pendidikan dan pelatihan khusus untuk kader perempuan juga sangat diperlukan. Dengan menyediakan wadah untuk belajar bersama, mereka dapat membekali diri dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang krusial untuk bertindak sebagai pemimpin yang baik.
Menggali Makna Emansipasi dalam Konteks PMII
Emansipasi dalam organisasi tidak seharusnya dipahami hanya sebagai pencapaian posisi, tetapi juga sebagai upaya untuk memperjuangkan hak dan keadilan. Kader perempuan PMII harus memahami filosofi dan esensi emansipasi secara mendalam untuk menghindari penafsiran yang keliru.
Perempuan PMII diharapkan dapat berkontribusi dalam diskusi yang membahas masalah sosial dan struktural yang dihadapi oleh masyarakat. Dengan cara ini, mereka tidak hanya berjuang untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kepentingan kolektif.
Kesadaran tentang emansipasi yang benar juga meliputi sikap kritis terhadap lingkungan. Kader perempuan harus mampu mengenali dan mengatasi bentuk-bentuk ketidakadilan yang terjadi, baik di dalam maupun di luar organisasi mereka.
Selain itu, mereka perlu memberi contoh dalam membangun solidaritas. Dalam aksi nyata, perempuan PMII dapat menunjukkan keberanian serta kepedulian terhadap isu-isu yang mendalam, sehingga menciptakan perubahan yang nyata.
Menjaga Nilai-nilai Ideologis dalam Kepemimpinan
Nilai-nilai ideologis harus menjadi landasan utama bagi setiap kader yang ingin menduduki jabatan dalam organisasi. Identitas PMII harus dijaga, dan perjuangan untuk mengangkat nilai-nilai tersebut harus terus dilakukan, tanpa tergoda oleh kepentingan pribadi.
Menjalankan kepemimpinan dengan mandat yang jelas serta berpegang pada prinsip-prinsip ideologis akan menghasilkan pemimpin yang diakui dan dihormati. Dalam konteks ini, kader perempuan harus menjadi teladan yang mampu menunjukkan bagaimana memimpin dengan integritas.
Menjadi pemimpin berarti siap untuk berkorban dan berada di garda terdepan perjuangan. Kader perempuan mesti memahami bahwa tugas mereka jauh lebih besar daripada sekadar mencari pengakuan; mereka adalah agen perubahan yang harus menciptakan dampak yang baik.
Untuk itu, penting bagi kader perempuan untuk terus meningkatkan diri dan bersikap terbuka terhadap kritik. Mereka perlu belajar untuk mendengar dan bertindak atas masukan yang didapat, demi kemajuan organisasi dan diri mereka sendiri.