Hulu Sungai Tengah, 22 Mei 2025 — Dalam rangka memperingati Bulan Literasi Keuangan 2025, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Kalimantan Selatan bersama lembaga keuangan setempat menggelar Roadshow Literasi dan Edukasi Keuangan selama tiga hari, dari tanggal 19 hingga 21 Mei 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk menyasar berbagai wilayah di Kalimantan Selatan, termasuk penutupan yang dipusatkan di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).
Acara ini dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten HST, Muhammad Anhar, yang membuka kegiatan secara resmi. Turut hadir perwakilan OJK Provinsi Kalimantan Selatan, Andika Prassetia & Hanum Novega Sari; serta Plt. Kepala Cabang lembaga keuangan setempat, Rabiatur Fahmi. Peserta kegiatan terdiri dari tenaga pendidik, mulai dari guru hingga kepala sekolah se-Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Pentingnya Literasi Keuangan Bagi Tenaga Pendidik
Materi literasi yang disampaikan mencakup pengenalan OJK, peran serta fungsi OJK dalam mengatur dan mengawasi sektor jasa keuangan, serta edukasi mengenai bahaya aktivitas keuangan ilegal. Salah satu fokus utama adalah mengenai pinjaman online ilegal dan modus penipuan yang marak saat ini. Kegiatan ini berlangsung dengan antusias, terutama pada segmen pembahasan mengenai isu-isu penting dalam dunia keuangan yang dihadapi masyarakat.
Waktu yang dilalui selama acara memberikan insight bagi peserta, antara lain pentingnya memahami risiko yang terkait dengan penawaran keuangan coba-coba. Bahaya investasi bodong dan penipuan melalui social engineering menjadi topik hangat yang perlu diwaspadai. Edukasi semacam ini adalah langkah krusial untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, khususnya dalam menyikapi tawaran-tawaran keuangan yang tidak jelas.
Strategi Meningkatkan Literasi Keuangan di Sekolah
Di sisi lain, acara ini memberikan gambaran tentang strategi yang perlu diterapkan di dunia pendidikan untuk memperkuat literasi keuangan. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten HST, Muhammad Anhar, menegaskan pentingnya peran guru dalam menciptakan masyarakat yang melek finansial.
“Tenaga pendidik adalah garda terdepan dalam menciptakan masyarakat yang melek finansial. Literasi keuangan harus dimulai dari para guru, agar dapat diturunkan kepada siswa dan lingkungan sekolah,” ungkap Anhar. Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan dari perwakilan OJK, Andika Prassetia, yang mengungkapkan betapa mendesaknya literasi finansial di era digital yang penuh risiko.
Selain itu, adanya komitmen dari lembaga keuangan untuk mendukung program literasi sebenarnya menjadi sinyal positif bagi penguatan pendidikan di bidang keuangan. Rabiatur Fahmi turut menyampaikan harapan agar para guru yang hadir menjadi agen literasi keuangan di masyarakat. Ini sejalan dengan semangat inklusi keuangan yang merata dan berkelanjutan.
Dengan langkah-langkah edukasi dan pemahaman yang lebih dalam mengenai produk serta layanan keuangan, diharapkan generasi mendatang dapat lebih bijak dalam mengelola keuangan mereka di masa depan.
Secara keseluruhan, kegiatan literasi keuangan ini adalah bagian dari upaya untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi tantangan di bidang keuangan, terutama dalam dunia digital yang semakin kompleks. Edukasi yang tepat dan komprehensif akan menjadi fondasi yang kuat untuk menciptakan komunitas yang cerdas dan bertanggung jawab secara finansial.