www.mediapos.id – Peringatan 25 tahun imamat Pater Silvester Nusa, CSSR, merupakan momen bersejarah yang penuh makna bagi umat Katolik di Nagekeo. Dalam suasana syukuran di halaman SDK Galawea, ratusan umat menghadiri acara ini, menunjukkan betapa besarnya penghargaan mereka terhadap dedikasi sang imam selama dua setengah dekade.
Acara ini bukan sekadar perayaan formal, melainkan merupakan refleksi mendalam atas perjalanan spiritual dan pengabdian Pater Silvester. Ketua Panitia, Thomas Tiba Owa, menyatakan bahwa kesetiaan selama 25 tahun adalah bukti komitmen dan ketekunan yang luar biasa dalam panggilan imamat.
Dalam dunia yang semakin kompleks, para imam Katolik menghadapi berbagai tantangan. Pesta perak ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi generasi imam muda agar tetap setia menjalankan tugas mereka hingga akhir hayat.
Momen Penuh Syukur di Perayaan Imamat Pater Silvester
Pesta perak imamat Pater Silvester berlangsung dengan khidmat dan meriah, menggabungkan nuansa religius dan kebersamaan. Misa syukur dipimpin oleh Pater Silvester sendiri, didampingi oleh Vikaris Episkopal Mbay, Romo Aster Lado, serta Imam-imam lainnya. Kehadiran para pastor dari berbagai wilayah menambah kehangatan acara ini.
Uskup Agung Ende juga memberikan sambutan, menekankan bahwa hidup seorang imam hanya dapat berjalan dengan baik berkat campur tangan Tuhan. Moto yubilaris yang diangkat menjadi pengingat bahwa iman adalah sumber kekuatan tanpa batas. Sambutan yang hangat itu disambut antusias oleh seluruh umat yang hadir.
Dalam acara ini, Pater Silvester berbagi perjalanan hidupnya yang menginspirasi. Dari kondisi fisik yang lemah hingga mencapai puncak karir sebagai imam, kisahnya mencerminkan betapa besarnya kekuatan iman dalam mengatasi rintangan. Cerita perjuangannya menjadi titik hikmah bagi banyak orang yang mendengarnya.
Perjalanan Hidup Pater Silvester yang Menginspirasikan
Kisah Pater Silvester dimulai dari masa kecil yang tidak mudah. Ia lahir dengan kondisi kesehatan yang buruk dan harus mengalami masa lumpuh selama empat tahun sebelum bisa berjalan. Hal ini membuatnya harus mulai sekolah lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak lain.
Walaupun menghadapi rintangan awal, Pater Silvester menunjukkan bakat luar biasa dalam bidang akademik. Setiap tahunnya, ia selalu meraih posisi teratas di kelas, menciptakan harapan masa depan yang cerah. Meskipun demikian, perjalanan hidupnya belum sepenuhnya mulus.
Ayahnya, yang menginginkan dia tetap di rumah untuk membantu keluarga, memintanya berhenti sekolah. Ia pun terpaksa bekerja sebagai buruh tani dan kuli bangunan. Namun, dorongan dari sang kakak menjadi titik balik dalam hidupnya untuk melanjutkan pendidikan, menuntunnya ke jalan imamat yang tak terduga.
Panggilan untuk Menjadi Imam: Sebuah Transformasi yang Menakjubkan
Setelah menempuh pendidikan lebih lanjut, Pater Silvester merasa panggilan untuk menjadi imam semakin kuat. Dimotivasi oleh seorang kakaknya yang mendorongnya untuk mengikuti tes calon imam, ia diterima dan memulai jalan baru yang penuh tantangan. Di situlah ia menemukan makna sejati dari hidupnya.
Pater Silvester sering mengingat kembali masa-masa sulitnya dengan rasa syukur. Ia menyadari bahwa seandainya Tuhan mengambilnya saat kecil, tidak ada cerita ini yang akan terjadi. Rasa syukur ini menjadi fondasi kuat bagi pelayanan yang sudah dilakukannya selama 25 tahun sebagai imam.
Tahap demi tahap, Pater Silvester menjadi teladan bagi banyak orang, baik di Nagekeo maupun di seluruh Indonesia. Ia membuktikan bahwa dengan keyakinan dan dedikasi, semua rintangan bisa diatasi dan impian bisa diwujudkan. Inilah sebenarnya inti dari perjalanan imamatnya yang menginspirasi umat.